INFO LOWONGAN KERJA TERBARU KLIK DISINI

Cerita Gadis Landak

Dahulu kala, hidup sepasang suami isteri di sebuah rumah kecil. Adik lelaki sang suami juga tinggal bersama mereka.

Pada suatu hari sang isteri berkata, “Adikmu sudah dewasa. Sudah waktunya menikah. Berikan saja setengah harta kita dan suruh ia mencari daerah tinggal sendiri.” Suaminya tidak tega menyuruh adiknya pergi, tapi isterinya mendesaknya terus. Akhirnya ia setuju.

 hidup sepasang suami isteri di sebuah rumah kecil Cerita Gadis Landak
Landak
Esok harinya , ia menyuruh adiknya menggunakan pakaian gres kemudian mengajaknya berjalan-jalan.
Mereka berjalan mendaki bukit dan saat datang di hutan, sang abang memperlihatkan sejumlah uang dan menyampaikan bahwa sudah waktunya sang adik memulai hidup sendiri. Walaupun sedih, sang abang menyuruh adiknya pergi dan ia sendiri pulang ke rumahnya.

Sang adik terus berjalan walaupun ia tidak punya tujuan. Malam tiba. Ia melihat sebuah gubuk. Ia meminta ijin kepada pemburu pemilik gubuk itu untuk tinggal semalam.

Malam itu, cowok itu melihat seekor landak terikat pada tiang. Landak itu terus memandanginya.

“Tuan,” katanya kepada pemburu, “Mengapa kamu mengikat landak itu di tiang?”

“Aku akan mengambil kulitnya dan memakan dagingnya.”

“Tapi tuan, lihatlah, landak itu murung sekali. Tolong lepaskan dia.”

“Aku lelah sekali berburu hari ini, dan hanya landak itu yang kudapat. Tidak, saya tak mau melepaskannya.”

“Kalau begitu, biarlah saya membelinya!” kata cowok itu sambil memperlihatkan uang proteksi kakaknya.

Pemburu menjual landak itu kepada cowok itu. Pemuda itu membawa landak pergi. Setelah cukup jauh dari gubuk pemburu, ia melepaskan tali pengikat landak dan berkata. “Pergilah jauh-jauh. Kalau kamu tertangkap lagi, belum tentu ada yang menolongmu.”

Landak itu memandangi sang cowok usang sekali. Lalu ia pergi ke semak-semak dan menghilang.

Tiba-tiba terdengar bunyi gemerisik dan ilalang di dekatnya bergerak-gerak. Alangkah terkejutnya cowok itu, seorang gadis muda muncul. Gadis itu manis sekali. Ia membawa sehelai selimut tebal.

“Tuan,” kata gadis itu, “Kau tentu kedinginan.” Ia memperlihatkan selimut yang dibawanya kepada cowok itu.

“Terima kasih, Nona. Kau baik sekali,” kata pemuda.

“Apakah kamu tidak punya rumah?” tanya gadis itu.

“Tentu saja saya punya rumah.”

“Lalu mengapa kamu ada di sini?”

Pemuda itu menceritakan perpisahannya dengan kakaknya.

“Apakah kamu tidak rindu kepada rumahmu?” tanya gadis itu.

"Aku rindu kepada kakakku, tapi saya tidak berani kembali ke rumah."

“Jangan kuatir, saya akan membawamu ke rumahmu sendiri. Tapi kamu harus menikahiku dulu.”

Walaupun agak bingung, cowok itu setuju. Malam itu mereka mengucapkan sumpah janji nikah dan menjadi pasangan suami isteri.

Esoknya, pagi-pagi sekali, perempuan muda itu berkata, “Tutuplah punggungku dengan selimut itu. Lalu naiklah ke punggungku. Berpeganganlah erat-erat dan tutup matamu hingga saya menyuruhmu membukanya.”

Suaminya mengikuti semua perkataan sang isteri. Dan cowok itu merasa ia sedang terbang. Angin bertiup kencang di telinganya. Tapi dengan patuh ia tetap menutup kedua matanya.

Akhirnya, ia mendengar isterinya berkata, “Sekarang kamu boleh membuka matamu.” Pemuda itu membuka matanya dan melihat mereka berada di tepi desanya sendiri.

“Suamiku,” kata sang isteri, “Jangan kembali ke rumah kakakmu dulu, ayo kita mencari daerah tinggal kita sendiri.”

Pemuda itu mengajak isterinya ke sebuah kedai. Ia mengenal pemilik kedai itu. Ia mengenalkan isterinya kepada pemilik kedai dan mereka bercakap-cakap.

“Paman,” kata perempuan muda itu, “Kami ingin menetap di desa ini. Dapatkah paman mencarikan sebidang tanah yang akan dijual?’

“Baiklah, saya akan mencarikan tanah yang baik untukmu,” kata paman.

Esok harinya, paman memperlihatkan sebidang tanah yang akan dijual, tapi pemiliknya memasang harga yang sangat tinggi. “Kalau kalian sabar, saya akan mencarikan tanah yang lain,” kata paman.

Tapi perempuan muda itu berkata, “Tidak usah, paman. Kami punya cukup uang untuk membeli tanah itu.” Wanita itu mengeluarkan uang dan meminta suaminya membeli tanah itu.

Malam itu suami isteri itu melihat tanah yang gres mereka beli. Sang isteri mencabut jepit rambutnya dan menciptakan gambar rumah di tanah. Ketika ia menarik kembali jepit rambutnya, terdengar bunyi gemuruh dan bumi bergetar. Sekarang di depan mereka bangkit sebuah rumah besar yang indah dan megah.

“Ini rumah kita,” kata sang isteri, “ Ayo kita masuk.”

Rumah itu sudah lengkap dengan perabotan yang indah. Di belakang rumah ada gudang besar yang penuh materi masakan . Di sampingnya bangkit sebuah sangkar berisi belasan kuda. Mereka tinggal di sana dengan damai dan bahagia.

Tiga tahun berlalu. Pada suatu hari, sang isteri berkata kepada suaminya. “Kita sudah usang menikah, tapi kita tidak dikaruniai anak. Kurasa kamu harus mengambil seorang isteri lagi.”

Suaminya tidak setuju. “Aku senang hidup denganmu, walaupun kita tidak punya anak.”

“Kau tidak mengerti,” kata isterinya. “Aku tak akan usang hidup bersamamu.”

Wanita itu kemudian menjelaskan bahwa ia ialah landak yang dulu diselamatkan cowok itu dari pemburu. Ia mengubah dirinya menjadi insan untuk membalas budi. Ia mendesak suaminya untuk mencari calon isteri.

Pemuda itu pergi mencari calon isteri yang baik. Ia telah bertemu berbagai gadis namun tak ada yang menurutnya sebaik gadis landak, isterinya.

Pada suatu hari ia melihat seorang gadis yang menarik hatinya. Pemuda itu menemui ayah sang gadis untuk melamar. Ayah gadis itu seorang pedagang kaya. Ia baiklah anak gadisnya dipersunting sang pemuda, dengan satu syarat. Ia minta cowok membawa tujuh kereta penuh uang perak.

Pemuda itu kembali ke rumahnya dan menceritakan perjalanannya hingga menemukan seorang gadis. Ia menjelaskan syarat yang diminta ayah gadis itu. “Hanya itu syaratnya?” tanya gadis landak.

Esok harinya gadis landak meminta suaminya pergi ke rumah calon isteri barunya. Di halaman rumah sudah menunggu tujuh kereta lengkap dengan kuda dan kusir.

Setelah menikah dengan puteri pedagang, cowok itu membawa isteri barunya pulang. Mereka disambut hangat oleh gadis landak.

Esok harinya, gadis landak sudah tidak ada. Pemuda itu tidak pernah lagi melihat isteri pertamanya.

Setahun kemudian, isteri keduanya melahirkan sepasang anak kembar ibarat yang diinginkan gadis landak.

***

Jika Anda menyukai Cerita Gadis Landak, Anda sanggup membagikannya ke Twitter, Facebook, Google+, Pinterest atau ke situs lainnya (tentunya menyertakan link balik ke http://direktoricerita.blogspot.co.id/).

INFO LOWONGAN KERJA TERBARU KLIK DISINI

Iklan Atas Artikel


Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2


Iklan Bawah Artikel