INFO LOWONGAN KERJA TERBARU KLIK DISINI

Kancil Yang Cendekia Dan Buaya Bodoh

Pada suatu hari, kancil sedang minum di tepi sungai, saat seekor buaya menggigit kakinya. Beberapa buaya lain juga berenang mendekat. Kancil tahu ia harus segera menemukan nalar untuk menyelamatkan diri.

 Beberapa buaya lain juga berenang mendekat Kancil yang Cerdik dan Buaya Bodoh
“Halo bapak buaya,” kata kancil sambil menyembunyikan suaranya yang gemetar. “Kebetulan kita bertemu di sini, jadi saya tidak perlu memanggil kalian.”

Para buaya bingung, mengapa kancil ingin bertemu dengan mereka? Buaya yang menggigit kaki kancil bahkan sudah melepaskan gigitannya. Kancil sanggup saja melarikan diri, namun ia tahu buaya sanggup bergerak dengan sangat cepat. Ia niscaya tertangkap lagi.

“Begini, bapak ibu,” lanjut kancil. “Aku diperintah oleh Baginda Raja untuk menghitung jumlah penduduk hutan ini. Berapa jumlah semua buaya di sungai ini?”

Para buaya saling berpandang-pandangan. Mereka tidak tahu berapa jumlah buaya yang ada di sana.

Kancil menunggu sejenak.

 Beberapa buaya lain juga berenang mendekat Kancil yang Cerdik dan Buaya Bodoh
“Kalian tidak tahu?”

Para buaya menggeleng.

“Baiklah.” kata kancil. “Panggil semua buaya kemari.”

Semua buaya dipanggil. Kancil pun mulai menghitung buaya sambil menunjuk-nunjuk. Ia tampak kesulitan menghitung.

“Lebih baik kalian berjajar dari sini ke seberang sana. Aku akan lebih gampang menghitung kalian.”

Para buaya sibuk berjajar. Kancil lalu menghitung mereka dengan melompat-lompat dari punggung buaya yang satu ke yang lain.

“Satu... dua... tiga... sembilan belas... tiga puluh satu... enam puluh... enam puluh satu, dan terakhir, enam puluh dua!” kata kancil sambil melompat ke seberang sungai.

Namun kancil kelihatan bingung. Ia bergumam keras-keras, “Berapa ya tadi? Enam puluh dua atau enam puluh tiga?”

 Beberapa buaya lain juga berenang mendekat Kancil yang Cerdik dan Buaya Bodoh
Para buaya mulai beranjak dari barisannya.

“Eh,” kata kancil. “Jangan bubar dulu. Lebih baik kuhitung sekali lagi.”
Kancil pun kembali melompat-lompat menghitung buaya kembali ke tepi sungai kawasan tadi ia minum.

“Lima puluh sembilan... enam puluh... enam puluh satu... enam puluh dua!”

“Ternyata benar jumlahnya enam puluh dua. Sekarang saya harus melapor kepada Baginda. Terima kasih ya!”

Ia pun lari ke dalam hutan. Karena akalnya yang cerdik, kancil sekali lagi lolos dari bahaya.

***

Jika Anda menyukai Cerita Kancil yang Cerdik dan Buaya Bodoh, Anda sanggup membagikannya ke Twitter, Facebook, Google+, Pinterest atau ke situs lainnya (tentunya menyertakan link balik ke http://direktoricerita.blogspot.co.id/).

INFO LOWONGAN KERJA TERBARU KLIK DISINI

Iklan Atas Artikel


Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2


Iklan Bawah Artikel