Sejarah Dan Mitos Suku Jawa
Sejarah dan mitos suku jawa.
.
Orang Jawa yaitu sebutan bagi orang yang tinggal di Jawadwipa atau dipulau Jawa pada dulu kala.Pada dikala ini yang dinamakan orang Jawa yaitu penduduk yang menghuni di pulau Jawa kepingan tengah dan timur yang disebut suku bangsa Jawa dan anak keturunannya .Pada umumnya mereka masih melestarikan budaya, adat istiadat warisan nenek moyangnya dan berbicara bahasa Jawa.Kebanyakan anak keturunan orang Jawa yang tinggal diluar “tanah Jawa” menyerupai di Jakarta dan kawasan maupun negara lain, meski masih melestarikan atau erat dengan budaya leluhurnya, sudah tidak lagi berkomunikasi dengan bahasa Jawa, mereka memakai bahasa Indonesia.
Harus diberi acungan jempol bahwa semua suku bangsa yang majemuk di Indonesia, menjunjung tinggi rasa ke- Indonesia-an ,sebagai satu rumpun bangsa yang bersatu. Terlahir sebagai bangsa Indonesia sudah terpatri didalam lubuk hati yang terdalam semenjak kelahiran ditanah air tercinta Indonesia, tidak peduli apa suku bangsanya. Rasa kepatriotan kesukuan tidak ada, yang ada yaitu patriot Indonesia !
.
Dalam masyarakat multikultural Indonesia yang pluralistis, budaya, adat istiadat bermacam kawasan dilestarikan dan dikembangkan untuk disumbangkan kepada Indonesia merdeka yang bersatu, bernaung dibawah kibaran bendera pusaka Merah Putih.
.
Masa Pra-Sejarah
.
Dalam khasanah Arkeologi, nama Java Man sudah tidak aneh lagi, ini menunjuk kepada nenek moyang orang Jawa dikala purba. Situs insan purba di Indonesia, pulau Jawa yaitu di Sangiran yang terbelah sisi utara dan selatan alasannya yaitu dilewati aliran Kali Cemoro yang mengalir dari Gunung Merapi menuju ke Bengawan Solo. Bagian utara termasuk wilayah Desa Krikilan, Sragen, sedangkan yang belahan selatan masuk Desa Krendowahono, Karanganyar.
.
Penelitian dalam rangka mencari fosil nenek moyang insan di Sangiran sudah dimulai semenjak 1893 oleh penelitiEugene Dubois. Dia menemukan fosil insan purba di Trinil, Ngawi, Jawa Timur, yang dinamakan PithecanthropusErectus, artinya insan monyet yang berjalan tegak.
.
Penelitian di Sangiran dilanjutkan kembali secara intensif semenjak 1930 oleh J.P. van Es dan 1934 oleh GHR von Koenigswald. Tidak kurang dari seribu alat-alat dari watu buatan insan yang pernah tinggal disini diketemukan.
.
Alat dari batuan kaldeson yang dipecahkan itu sanggup dipergunakan untuk memotong, menyerut dan untuk meruncingkani tombak. Oleh von Koenigswald alat-alat itu disebut alat serpih dari Sangiran –The Sangiran Flake Industry.
.
Meganthropus Paleojavanicus, insan purba yang punya fosil rahang atas yang ukurannya besar diketemukan ditahun 1936. Selanjutnya ditahun 1937 diketemukan fosil insan purba yang dinamakan Pithecanthropus Erectus. Penemuan spektakuler ini melibatkan banyak peneliti kondang dari manca negara dan para hebat Indonesia menyerupai R.P. Soejono, Teuku Yacob, S.Sartono, Hari Widianto dll.
.
Juga ikut terlibat banyak sekali forum peneliti menyerupai American Museum of National History, Biologisch-Archaelogisch Institut, Groningen, Tokyo University, Padova University, National d”Histoire Naturelle, Paris, Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi, Bandung, Pusat Penelitian Arkeologi Nasional, Balai Arkeologi Yogyakarta dll.
.
Pemerintah RI telah menetapkan kawasan Sangiran seluas 56 km2 sebagai Daerah Cagar Budaya. Pada 5 Desember 1996, Situs Sangiran oleh Unesco dinyatakan sebagai Warisan Budaya Dunia , World Heritage List No. 593, dengan nama Sangiran Early Man Site, Situs Hunian Manusia Purba Sangiran.
.
Menurut penelitian geologis, Situs Sangiran sudah muncul 3( tiga) juta tahun kemudian dan merupakan perbukitan dengan struktur kubah ditengahnya, disebut Sangiran Dome.
.
Sekitar 1.8 sampai 1 juta tahun kemudian ,daerah Jawa Tengah dan Timur merupakan lembah ,yang sebelah selatan dibatasi Gunung Selatan, sebelah utara oleh Gunung Kendeng. Lembah itu sebagian besar berupa danau dan rawa-rawa. Disebelah timur lembah berupa lautan. Ditengah lembah ada gunung a.l. Gunung Lawu Purba dan Gunung Wilis.
.
Pada dikala itulah mulai muncul kehidupan insan purba disekitar rawa-rawa dan muara sungai Cemoroyang bersumber di Gunung Merapi. Homo Erectus yang dikenal sebagai Java Man tinggal disekitar sungai Cemoro kini dan kehidupannya berkembang terus dengan diketemukannya ribuan alat-alat batu.
.
Selain fosil insan purba, juga diketemukan fosil-fosil hewan purba menyerupai : Gajah, Banteng, Kerbau, Rusa, Kuda Nil – hippopotamus dll.Kuda Nil Sangiran ini ukuran besar dan beratnya duakali lipat dari kuda Nil yang ada kini ini!
.
Temuan fosil manusia, hewan dan peralatan watu yang jumlahnya ribuan sanggup dilihat di Musium Sangiran.
.
Perkembangan budaya dari insan purba menjadi insan modern berjalan dalam kurun waktu yang sangat lama. Ini yaitu uraian dari segi ilmiah mengenai keberadaan orang Jawadan anak keturunannya yang menghuni pulau ini semenjak dahulu kala.
.
Orang Jawa dari sudut pandang kebatinan
.
Pulau Jawa mulai kelihatan dihuni insan yang lebih maju peradabannya semenjak 10.000. –sepuluh ribu tahun sebelum Masehi dan mulai agak ramai pada 3.000 –tigaribu tahun sebelum Masehi. Disaat itu kehidupan mulai mengelompok , sumber makanan mulai diperhatikan, tanaman mulai diurusi, selanjutnya dibudidayakan dengan sederhana sawah yang dialiri air.Keberadaan lahan, air, bibit tanaman dan pakan tidak menjadi masalah, alasannya yaitu sumbernya kaya dan luas dan penghuni masih sangat sedikit.
.
Muncul nama anak benua Jawata, Kepulauan Sweta Dwipa, Nusantara dan Jawa Dwipa yang yaitu pulau Jawa. Nama penghuni pulau Jawa yaitu orang Jawa.
.
Dibumi Jawa ,nama itu punya arti dan maksud yang penting. Nama niscaya memiliki arti dan mengandung makna dan harapan. Misalnya orang renta yang menghendaki anaknya selalu selamat, maka anaknya dinamai Slamet atau Sugeng, atau Rahayu. Supaya anaknya bijak dinamai Wicaksono, ingin waskita dinamai Waskita. Ingin anak wanita yang anggun bagai bidadari ,diberi nama menyerupai nama bidadari menyerupai Ratih, Nawangwulan, Laksmi dll. Ingin supaya anak pria yang macho, berwatak satria, diberi nama Satria atau nama-nama pahlawan dalam wayang menyerupai : Arjuna, Bimo, Sadewo dll.
.
Nama-nama tempat dan rumah/gedung tentu diberi nama yang bagus, terutama bagus artinya, tetapi juga lezat diucapkannya.
Hal ini merupakan kebiasaan yang lain dengan orang Inggris contohnya ,yang menyampaikan : What is in a name? Apa artinya sebuah nama?
.
Dibab Jawadwipa telah disebutkan bahwa wong atau tiyang Jawa artinya keturunan dewa.
.
Pangiwo dan Panengen
.
Dalam Kejawen ada istilah Pangiwo dan Panengen. Pangiwo artinya kiwo, sebelah kiri, tempat yang sepi, tempat nya suksma, alam Kadewatan. Hidupnya dinamakan Sang Hyang Nurcahyo, berupa sinar gemilang, masih berada dialam gaib, belum punya piranti untuk hidup didunia, alasannya yaitu tidak punya tubuh fisik.
.
Panengen artinya sebelah kanan, tidak sepi, sudah mulai kelihatan. Ini perlambang kehidupan tubuh raga. Dimulai semenjak berujud wiji, benih yang berada digua garba ibu, dalam pertapaan sembilan bulan mendapat sari makanan melalui usus yang berpusat dipusar ibu, siap muntuk lahir dan hidup didunia luar.
.
Tanah jawa.
.
Ada tanah Jawa atau tanah Jawi, maksudnya : ta- sira, kamu,anda ;nah dari mrenah artinya bertempat tinggal di Jawa atau Jawi – njawi artinya diluar, dijagat ini. Anda sudah tidak tinggal lagi dialam gaib,alam kadewatan, alam suksma, kini kau tinggal diluar, dijagat ini.
.
Jadi bahwasanya hidup insan dibumi ini tidak memisahkan kehidupan suksmanya yang berasal dari alam mistik dan kehidupan raganya didunia ini. Suksma dan raga selalu menempel tak terpisahkan dalam diri seorang manusia.Persatuan suksma dan raga dalam keadaan sempurna, sinkron. Kalau satu hari ,raganya rusak, maka suksma akan kembali lagi kealam asalnya, yang disebut alam suksma, alam gaib, alam kadewatan.
.
Jadi semakin terbuka terperinci anutan spiritual Jawa, bahwa suksma itu hidup langgeng, abadi, yang rusak itu raga. Oleh alasannya yaitu itu ada ungkapan kebatinan : Asal mula bali marang mula-mula, yang artinya suksma, roh kembali kelam asalnya, ke haribaan Tuhan.
.
Orang Jawa memang bahagia mengungkap sesuatu dengan perlambang ,dengan simbol-simbol. Bagi mereka yang belum biasa, sanggup terjebak dalam menangkap artinya, alasannya yaitu ditafsirkan secara harafiah.
.
Arti kata jawa
.
Menurut Prof. Mr. Hardjono.almarhum , Guru Besar Universitas Gaja Mada,ditahun 1980-an menyampaikan kepada penulis mengenai arti Jawa atau Jawi dari sudut pandang kebatinan.Begini katanya : Dimas, banyak orang yang bahwasanya tidak mengerti arti kata Jawa atau Jawi. Ja itu artinya lahir dan wi artinya burung., jadi menyerupai burung, insan itu harus melewati dua tahapan untuk menjadi insan sempurna..Pertama terlahir sebagai telur, gres kemudian terbuka menjadi burung. Beliau tidak mau menjelaskan artinya yang jelas, membiarkan penulis mencari sendiri.
.
Ditahun 1984, dalam kaitan mendalami anutan Kejawen, penulis bertemu dengan seorang pinisepuh yang pengetahuan Kejawennya sangat mumpuni, namanya Bapak Drs.S. Prawirowardoyo, Kol.Purn.AD. Dari dia mendapat klarifikasi lagi perihal arti kata Jawa. Dikatakannya bahwa orang Jawa itu gres tepat hidupnya, jikalau sudah dilahirkan dua kali. Yaitu pertama lewat gua garba ibu dan kedua kalinya sehabis tepat Ilmu Sejatinya.Penulis mengerti arti dari kalimat tersebut, tetapi tidak punya bayangan, bagaimana terjadi kelahiran kedua itu. .
.
Jangan sekadar percaya
.
Beliau hanya tersenyum, tidak mau menjawab rasa ingin tau saya dan berkata : Nak Mas, jangan begitu saja percaya kepada saya. Sebagai orang Jawa, Nak Mas harus mengalami sendiri pengalaman spiritual, sebelum percaya. Itu aturan yang berlaku didunia kebatinan/spiritual. Kaprikornus jangan percaya kepada jarene, kata orang, tetapi harus mengalami sendiri!
.
Baru sehabis sepuluh tahun dari pertemuan ini, saya gres mengerti dengan sesungguhnya ,apa yang dimaksud dengan “kelahiran kedua” oleh orang kebatinan.
.
Selain itu, para hebat kebatinan menyampaikan bahwa orang Jawa itu artinya orang yang selalu manembah dan berbakti dengan ikhlas kepada Gusti, Tuhan.
.
Dari segi Tata Krama
.
Dari segi tata krama, etiket pergaulan, orang Jawa itu artinya orang yang sopan . Orang yang santun disebut: njawani, jikalau tidak tahu sopan santun disebut: ora njawani.