Beungong Meulu Dan Beungong Peukeun
Cerita Rakyat dari Aceh
Genre : Dongeng
Penulis: Yulia S. Setiawati
Penulis: Yulia S. Setiawati
Pada zaman dahulu kala, di sebuah negeri di Aceh, hidup dua orang kakak-beradik yang bernama Beungong Meulu dan Beungong Peukeun. Kedua orangtua mereka telah meninggal dunia. Tiap hari Beungong Peukeun mencari udang di danau. Suatu hari Beungong Peukun tidak menerima seekor udang pun. Saat hendak pulang, beliau melihat sebuah benda yang menarik hatinya. Ternyata benda itu sebutir telur.
Sesampainya di rumah, direbusnya telur tadi dan dimakannya. Sungguh aneh, keesokan harinya Beungong Peukeun merasa sangat haus. Bukan hanya itu, tubuhnya pun semakin panjang dan bersisik. Akhirnya, suatu pagi dikala berdiri dari tidurnya Beungong Peukun telah berubah menjadi seekor naga.
“Mengapa Kakak memakan telur itu? Kini kamu menjadi seekor naga,” kata Beungong Meulu dengan terisak meratapi perbuatan kakaknya. Keesokan harinya Beungong Peukeun mengajak adiknya meninggalkan gubuk mereka. Sebelum berangkat, Beungong Peukeun menyuruh adiknya memetik tiga kuntum bunga di belakang gubuk mereka. “Ayo, naiklah ke punggungku dan peganglah bunga itu erat-erat, jangan hingga jatuh,” perintah Beungong Peukeun.
Saat melewati sungai besar, Beungong Peukeun meminum airnya hingga habis. Tiba-tiba muncul seekor naga yang murka karena perbuatan Beungong Peukeun tersebut. Keduanya bertarung sengit. Saat Beungong Peukuen memenangkan pertarungan tersebut sekuntum bunga di tangan Beungong Meulu menjadi layu.
Mereka pun melanjutkan perjalanan. Di tengah perjalanan mereka kembali dihadang seekor naga yang besar. Kembali terjadi pertarungan. Tiba-tiba sekuntum bunga di tangan Beungong Meulu menjadi layu. Tahulah beliau bahwa sebentar lagi pertarungan akan dimenangkan Beungong Peukeun.
Setelah menang bertarung, kakak-beradik itu kembali melanjutkan perjalanan menyeberangi lautan. Rupanya di tengah perjalanan menyeberangi lautan tersebut, Beungong Peukeun kembali diserang seekor naga. Kali ini naga yang sangat besar. Saat bunga di tangan Beungong Meulu tak kunjung layu, beliau mulai khawatir.
Beungong Meulu semakin khawatir ketika Beungong Peukeun tampak mulai kewalahan menghadapi serangan sang Naga. Saat mengetahui dirinya akan kalah, Beungong Peukeun melemparkan adiknya dari punggungnya. Akhirnya Beungong Peukeun terbunuh oleh serangan naga yang sangat besar itu. Sementara itu, Beungong Meulu terlempar dan tersangkut di sebuah pohon milik seorang saudagar kaya yang kemudian menikahinya.
Namun sayang, selama menjadi istri saudagar kaya tersebut, Beungong Meulu tak pernah bicara ataupun tersenyum. Dia selalu diam dan tampak sedih. Bahkan sampai mereka memiliki seorang anak. Suaminya mencari logika untuk mengetahui penyebab kesedihan istrinya itu. Maka suatu hari suaminya berpura-pura mati sehingga anaknya menangis tersedu-sedu.
“O Anakku, ibu tahu bagaimana sedihnya hati jika ditinggal orang yang kita cintai. Ibu dulu kehilangan abang ibu yang terbunuh oleh seekor naga di lautan. Bahkan hingga sekarang ibu tidak sanggup menghilangkan rasa duka itu.”
Mendengar pengakuan Beungong Meulu tersebut suaminya kemudian bangun. Akhirnya, beliau mengetahui penyebab kesedihan Beungong Meulu. Keesokan harinya beliau mengajak Beungong Meulu pergi ke lautan, di mana dulu Beungong Peukeun bertarung melawan naga raksasa.
Mendengar pengakuan Beungong Meulu tersebut suaminya kemudian bangun. Akhirnya, beliau mengetahui penyebab kesedihan Beungong Meulu. Keesokan harinya beliau mengajak Beungong Meulu pergi ke lautan, di mana dulu Beungong Peukeun bertarung melawan naga raksasa.
Saat hingga di pantai, Beungong Meulu dan suaminya melihat tulang-tulang berserakan. Beungong Meulu yakin bahwa itu tulang-tulang kakaknya. Maka, dikumpulkannya tulang-tulang tersebut kemudian suaminya membaca doa sambil memercikkan air bunga pada tulang-tulang tersebut. Atas perkenan Tuhan, tiba-tiba terjadi keajaiban. Beungong Peukeun bermetamorfosis dan berdiri di hadapan mereka. Sejak dikala itu Beungong Peuken tinggal bersama adiknya dan Beungong Meulu tidak lagi membisu.
Suatu hari, Beungong Peukun berjalan-jalan di tepi pantai. Saat itu beliau melihat seekor ikan raksasa berwarna kemerahan. Dihujamkannya sebilah pedang ke badan ikan tersebut kemudian dicongkelnya mata ikan tersebut. Karena terlalu keras, mata ikan tersebut terpelanting jauh hingga jatuh di halaman seorang penguasa di sebuah negeri. Mata ikan tersebut kemudian berubah menjadi gunung. Sang penguasa merasa gelisah dengan adanya gunung di halamannya. Ia kemudian mengadakan sebuah sayembara. Barang siapa sanggup memindahkan gunung tersebut dari halaman rumahnya, beliau akan dijadikan penguasa di negeri itu dan dinikahkan dengan anaknya.
Beungong Peukeun yang mendengar sayembara tersebut segera berangkat ke sana. Begitu datang di daerah yang dimaksud, beliau segera mencongkel gunung tersebut dengan pedang saktinya. Dalam sekejap, gunung tersebut sanggup dilemparkannya jauh-jauh. Sang penguasa menepati janjinya. Beungong Peukeun diberi kekuasaan memerintah negeri tersebut dan dinikahkan dengan putri penguasa. Demikianlah dongeng wacana dua saudara ini. Akhirnya, mereka berdua hidup bahagia.