INFO LOWONGAN KERJA TERBARU KLIK DISINI

Putri Embun (Feto Kamun)


Cerita Rakyat dari Timor Timur
diceritakan kembali oleh Nyoman Suarjana


Alkisah ada seorang raja memerintah kerajaan besar. Dia memerintah dengan sangat adil dan bijaksana. Sang raja menikah dengan seorang gadis yang sangat cantik.

Pada suatu hari, raja ingin berburuh. Dia memerintahkan kepada para abdinya untuk menyiapkan semua keperluan berburuh. Setelah siap semua, berangkatlah mereka ke hutan. Mereka mengejar dan membunuh babi hutan dan rusa yang mereka jumpai.

Malam harinya mereka masih berada di hutan sehingga menyuruh para abdi untuk mendirikan kemah perkemahan sambil menunggu fajar.

Tengah malam raja mendengar jeritan seseorang dari kejauhan. Dia berpikir, mustahil itu bunyi manusia, mungkin saja bunyi hewan buas. Raja tidak berani pertanda bunyi itu alasannya ialah takut diterkam hewan buas. Makin usang jeritan itu makin keras, tetapi raja hanya menunggu pagi tiba.

Pada dikala burung berliku berkicau, raja berdiri dan pergi ke arah datangnya jeritan tanpa sepengetahuan abdi-abdinya. Dia terkejut melihat seorang putri sedang mengerang kesakitan dalam semak belukar. Raja segera turun dari kuda dan mengangkat putri itu. Selama hidupnya, raja belum pernah melihat putri secantik itu. Raja mengangkat putri itu dan menaikkannya ke atas kuda. Wajah putri itu dipenuhi tetesan embun yang menciptakan wajahnya kian cantik.

Sampai di perkemahan, raja memerintahkan para abdi untuk menciptakan api unggun semoga putri sanggup menghangatkan tubuhnya. Sambil menghangatkan badan, raja bertanya, "Adikku sayang, mengapa kau menangis sepanjang malam dalam semak belukar?".

Putri itu menjawab, "Saya kedinginan sepanjang malam. Saya sangat berterimakasih atas sumbangan Tuan".

Menjelang tengah hari mereka mempersiapkan diri untuk kembali ke istana. Sang putri menunggang kuda bersama raja.  Para abdi membawah semua hasil buruan.

Sampai di istana, raja meletakkan sang putri di pangkuan permaisuri. Putri itu di angkat anak oleh raja dan di beri nama Feto Kamun alasannya ialah kulitnya putih bagaikan embun dan jelas bagaikan sinar matahari.

Hari dan bulan berlalu, bulan berganti tahun, sang putri tumbuh menjadi gadis yang sangat cantik. Karena sang putri begitu cantik, permaisuri merasa iri kepada anak angkatnya. Untuk pertanda apakah Putri Embun lebih manis dari dirinya permaisuri mengambil cermin asing peninggalan leluhurnya.

Permaisuri bertanya kepada cermin itu, "Cermin ajaibku, siapakah lebih cantik, saya atau Putri Embun?".

Cermin itu menjawab, "Permaisuri memang cantik, tapi Putri Embun lebih cantik". Permaisuri sangat murka mendengar tanggapan cermin.

Pada suatu hari permaisuri memperoleh kesempatan untuk meracuni Putri Embun dengan jalan memasukkan racun ke dalam pisang yang akan dimakan Putri Embun. Tanpa pikir panjang, Putri Embun mengambil dan memakan pisang itu.  Baru saja pisang itu hingga di kerongkongannya, beliau eksklusif pingsan. Tidak usang kemudian, beliau meninggal. Pisang itu masih ada dalam kerongkongannya.

Permaisuri merasa bangga alasannya ialah rencananya berhasil. Dia melaporkan kematian Putri Embun kepada raja sambil menyampaikan bahwa Putri Embun meninggal alasannya ialah sakit yang telah usang di deritanya.

Raja sangat duka atas kematian anak angkatnya itu. Dia tidak mengizinkan sang putri dikuburkan. Raja menyuruh abdinya menciptakan peti beling untuk jasad putrinya. Peti beling berisi jasad sang putri di naikkan ke atas punggung kuda yang telah di jinakkan yang akan membawahnya ke mana saja.

Setelah beberapa usang berjalan, kuda itu bertemu dengan kuda liar. Mereka saling menyerang sehingga peti jatuh dan hancur berkeping-keping. Kedua hewan itu menyentuh tubuh Putri Embun sehingga pisang yang tersangkut di kerongkongannya keluar. Putri Embun lansung sadarkan diri dan kembali hidup menyerupai sedia kala. Kemudian, beliau kembali ke istana.

Raja sangat senang alasannya ialah Putri Embun hidup kembali, tetapi tidak demikian halnya dengan permaisuri. Dia memikirkan lagi bagaimana caranya membunuh Putri Embun.

Pada suatu hari ada seorang pedagang sepatu melewati istana. Semua sepatu yang dijualnya berbeda dengan sepatu yang dijual orang lain. Sepatu itu mengandung racun. Siapa saja yang menggunakan sepatu itu, akan mati seketika. Permaisuri sangat senang dengan sepatu yang ditawarkan pedagang itu.

Permaisuri segera membeli sepatu itu dan memberikannya kepada anak angkatnya. Dengan senang hati Putri Embun mendapatkan sepatu itu. Baru saja sepatu itu dicoba, Putri Embun eksklusif lemas dan mati. Seperti kejadian pertama, jasad Putri Embun dimasukkan ke dalam peti beling kemudian di naikkan ke atas kuda, dan dilepas di semak belukar. Setiap hari kuda itu berjalan menjauhi istana.

Pada suatu hari, seorang Pangeran yang cakap dan berbudi baik sedang menunggang kuda. Dia melihat kuda yang membawa jasad Putri Embun. Apa yang di bawa kuda itu? Peti itu sangat indah, mungkin saja ada barang berharga di dalamnya, pikir Pangeran. Dia mendekati kuda yang jinak itu, kemudian menurunkan peti dari punggungnya. Dengan sangat hati hati peti di buka. Ia terkejut ketika melihat seorang putri manis berbaring di dalamnya. Wajah putri itu tidak berubah  walaupun sudah usang meninggal.

Pangeran memperhatikan putri itu dengan seksama. Lantas, terlihatlah sepatu yang digunakan  putri sangat berbeda dengan sepatu hiasa. Sepatu itu kemudian di lepas, seketika itu juga Putri Embun hidup kembali dan eksklusif duduk. Lalu, sang Pangeran menanyakan kejadian yang menimpa sang Putri. Putri pun meceritakan semua kejadian yang dialaminya. Pangeran terharu mendengar kisah Putri Embun dan bertekad untuk mengambil Putri Embun sebagai pasangan hidupnya. Putri Embun mendapatkan lamaran itu. Setelah beristirahat, mereka menunggang kuda menuju kediaman Pangeran.

Pangeran memperkenalkan Putri Embun kepada kerabat dan teman-temannya. Dia menyampaikan bahwa beliau akan meminang Putri Embun. Mereka merestui impian Pangeran untuk meminang Putri Embun.

Pada upacara perkawinan, mereka menyambut Pangeran dan Putri Embun dengan tari-tarian. Orang-orang populer mereka undang untuk menghadiri upacara perkawinan itu. Bapak dan ibu angkat Putri Embun juga hadi pada upacara itu. Ibu angkat Putri Embun merasa malu dan gusar.

Setelah pesta berakhir, ibu angkat Putri Embun eksklusif bunuh diri alasannya ialah tidak tahan menahan rasa malu.

Akhirnya, Putri Embun dan Pangeran hidup tenang dan sejahtera di daerah yang nyaman. Mereka memerintah dengan adil dan bijaksana.


============


Kesimpulan :
Cerita ini sanggup digolong kedalam dongeng alasannya ialah ada hal-hal tidak masuk akal. Misalnya Putri Embun yang sudah diracun berkali-kali , bahkan sudah mati, akibatnya hidup kembali.

Akan tetapi kisah ini mengandung aliran moral, yaitu kebenaran niscaya menang dari kejahatan.

Putri Embun ialah tokoh yang memiliki sifat jujur dan pasrah mendapatkan nasib, sedangkan permaisuri ialah tokoh yang memiliki sifat dengki, iri hati, senang berbuat curang. Akhirnya, orang yang senang berbuat curang akan menemui ajalnya, sedangkan orang yang berbuat jujur akan mendapatkan kebahagiaan.



Sumber : http://books.google.co.id/books?id=VvXPqDPVR88C&pg=PA18&lpg=PA18&dq=dongeng+timor&source=bl&ots=UQPUgxT52F&sig=F2eYd5TGN9vn1egmBCRA67U71LU&hl=en&sa=X&ei=-NUZUf3xGoySiQf874CAAg&redir_esc=y#v=onepage&q=dongeng%20timor&f=false

INFO LOWONGAN KERJA TERBARU KLIK DISINI

Iklan Atas Artikel


Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2


Iklan Bawah Artikel