INFO LOWONGAN KERJA TERBARU KLIK DISINI

Ken Arok - Empu Gandring-5

KEN AROK - EMPU GANDRING-5
Setelah agak besar, Ken Arok kemudian disuruh bekerja di sawah ladang, menggembala

kerbau dan sebagainya. Akan tetapi, saking gemarnya berjudi, Ken Arok bahkan
menghabiskan semua raja-kaya (hewan ternak) milik orang tuanya ini, dihabiskan dimeja judi pula.
menghabiskan semua raja-kaya (hewan ternak) milik orang tuanya ini, dihabiskan dimeja judi pula.
Demikian pesan ayah dan ibu itu.
mampu menahan godaan nafsunya sendiri. Sepasang kerbau itu pun diperjudikan dan ia pun kalah lagi! Dua ekor kerbau milik Ki Lurah Lebak itu pun hilang ke tangan orang lain!
bisa, dan jikalau hingga dirinya terkena penyakit, maka yang menanggung ialah dirinya sendiri pula.
uang untuk berjudi jauh lebih gampang daripada meminjam uang untuk berdagang. Apalagi jikalau hingga rakyat sudah dijangkiti penyakit perjudian ini, wah, sukarlah
memberantasnya dan banyak keluarga akan menjadi sengsara karenanya.
pukulnya untuk mencari kita dan jikalau kita tersusul, kita akan celaka. Tidak ada jalan lain, kita harus berpisah anakku. Biarlah kita tidak menyuruh kau pergi dari sini, akan tetapi kami berdua yang akan meninggalkan kamu. Kami harus pergi ke Dusun Lebak untuk meng- hambakan diri kepada Pak Lurah Lebak, bekeja untuk melunasi hutang dua ekor kerbau itu yang kita hilangkan.”
Biar dalam perkelahian mengalami babak bundas dan kesakitan, ia tidak pernah
menangis, bahkan tidak mau mengeluh. Kini pun hatinya menangis dan ada pula
penyesalan besar di dalam hatinya bahwa ia telah membikin celaka ayah ibunya. Akan tetapi ia tidak memperhatikan tangisnya itu.
keadaan bertapa, orang tidak memikirkan apa-apa lagi dan batin menjadi kosong,
sehingga jernih dan waspada. Berbeda dengan keadaan sehari-hari di mana batin selalu dibisingkan oleh pikiran. Pada hari ke tiga sehabis Ki Bango Samparan bertapa, pada suatu malam ia teringat kepada Ken Arok! Dia mengenal anak itu alasannya ialah sama-sama tukang judi!
adalah keturunan Sang Hyang Brahma. Jarang ia melihat anak menyerupai itu, masih belum remaja akan tetapi telah pandai bermain judi, bahkan melawan penjudi-penjudi ulung yang sudah dewasa. Kalau anak itu kalah, hanya alasannya ialah para penjudi remaja yang ulung itu menipunya dalam permainan judi. Akan tetapi sebenarnya anak itu memiliki talenta yang baik dan juga memiliki peruntungan yang baik sekali dalam perjudian.


Gembong maling Lembong jatuh miskin. Kini ia sudah lanjut usia, untuk melaksanakan pekerjaan maling sudah merasa kurang kuat. Kurang berpengaruh membongkar rumah, pintu atau jendela, kurang berpengaruh pula jikalau harus membela diri, dan kurang cepat jikalau terpaksa harus melarikan diri. Dan semua hartanya yang dikumpulkan sedikit demi sedikit, hasil pencurian, kelebihan dari yang dimakan sehari-hari,kini diludeskan oleh Ken Arok! Apakah ini yang dikata orang bahwa uang yang gampang didapat akan gampang pula lenyap? Entahlah.
Ki Lembong kemudian mencari pekerjaan yang halal. Dia menghadap Ki Lurah Lebak untuk minta biar dipercaya untuk menggaduh (memelihara kerbau orang dengan bagi hasil jikalau kerbau itu sudah melahirkan anak-anak) ternak, yaitu sepasang kerbau yang baikdan gemuk.
Sepasang kerbau itu diserahkan oleh Ki Lembong kepada Ken Arok. “Anakku yang bagus,engkau hati-hatilah, Nak. Sepasang kerbau ini milik Ki Lurah Lebak. Jangan hingga sakit apalagi hilang, dan engkau bertobatlah Nak, jangan berjudi lagi. Apalagi kerbau-kerbau ini bukan milik kita, jangan diperjudikan. “
Akan tetapi, kisah usang pun terulang lagi. Ken Arok yang sudah absurd judi itu tidak
Di antara segala kebiasaan atau kesenangan yang oleh masyarakat umum dinamakan kemaksiatan, yang paling berbahaya ialah perjudian! Ada lima kemaksiatan yang dinamakan dalam Bahasa Jawa sebagai MA lima, yaitu: madat, mabok, maling, madon, dan main atau dalam bahasa indonesianya: menghisap madat, bermabuk-mabukan,mencuri, main wanita dan berjudi.
Untuk menghisap madat dan mabuk-mabukan,kalau tidak memiliki uang tidak akan bisa melakukannya. Dan jikalau hingga rusak,yang rusak ialah badan sendiri. Mencuri, jikalau tertangkap, yang celaka juga dirinya sendiri.
Main wanita juga membutuhkan uang, jikalau tidak punya uang, tidak akan
Akan tetapi judi? Wah, perjudian itu benar-benar merupakan suatu kemaksiatan yang sanggup mencelakakan semua orang. Satu orang saja berjudi, sekeluarga bisa berantakan. Dan untuk sanggup berjudi, tak perlu pakaian yang baik bahkan kadang-kadang, tanpa uang sepersenpun sanggup saja berjudi alasannya ialah meminjam
Habislah sepasang kerbau milik Ki Lurah Lebak itu, diperjudikan pula oleh Ken Arok.Tentu saja Ki Lembong dan Nyi Lembong menjadi murka dan berduka sekali. Mau diapakan anak mereka yang satu-satunya ini? Kerbau-kerbau itu sudah habis dan untuk menggantinya, mereka tidak punya uang. Semua barang sudah habis dijual untuk makan, dan sebagian besar diperjudikan anak mereka. Padahal, berdasarkan perhitungan Ki Lurah di Dusun Lebak, sepasang kerbau itu dihargai delapan ribu keping uang!
“Aduh, anakku, Ken Arok. Bagaimana pula ini? Celakalah kita sudah!”
“Kita minggat saja meninggalkan Pungkur, Pak,” kata Ken Arok.
“Hemm, ke mana? Dan pula, Ki Lurah Lebak tentu akan menyuruh tukang-tukang
Ken Arok hampir menangis mendengar ini, akan tetapi ia seorang yang amat tabah dan keras hati. Sejak kecilnya, sehabis timbul pengertian, hampir tak pernah ia menangis.
“Kalau ayah dan ibu tidak mau pergi bersamaku, biarlah saya pergi sendiri.”
“Ke mana, Ken Arok? Kau hendak pergi ke mana anakku?”
“Aku akan pergi mencari uang pengganti kerbau Pak Lurah Lebak!” katanya dan ia pun larilah meninggalkan rumahnya, Ki dan Nyi Lembong tak sanggup menahannya, apalagi memang mereka pun harus pergi cepat-cepat berangkat ke Lebak sebelum Pak Lurah mengambil tindakan. Lebih baik mendahuluinya menghadap ke Lebak, mengakui kesalahan dan menyediakan tenaga mereka untuk bekerja bakti membayar kerugian yang diderita Pak lurah.
=============
Di dalam sebuah gua yang terpencil sunyi di tempat hutan Rabut Jalu, duduk seorang pria yang sedang bertapa. Dia bertapa bukan mencari kesaktian, juga bukan mencari kesucian atau kemajuan batin, melainkan ia bertapa alasannya ialah putus asa.
Pria berusia limapuluh tahun ini bertubuh tinggi kurus, berkumis lebat, sekepal sebelah,matanya tajam agak kemerahan dan sikapnya menyerupai orang yang suka melaksanakan kekerasan.
Akan tetapi pada ketika itu, ia frustasi dan nasibnya hampir sama dengan nasib yang menimpa diri anak belum remaja Ken Arok. Dia telah kalah judi habis-habisan di Dusun Karuman. Demikian besar kekalahannya sehingga bukan hanya uangnya yang habis,juga semua harta bendanya, rumah dan sawah. Yang tinggal hanya keluarga, dua orang istri dan beberapa orang anak yang tidak sehari pun boleh berhenti makan!
Maka, saking resah dan kesal hatinya,juga putus asa, pergilah ia tanpa pulang lebih dahulu, ke gua Rabut Jalu yang populer angker, keramat dan jarang ada orang berani tiba memasuki gua itu. Tekadnya, jikalau di tidak memperoleh petunjuk ilahi dan menemukan jalan keluar untuk mengatasi keadaannya, biarlah ia mati di situ.
Berprihatin atau bertapa, juga berpuasa, amatlah baik bagi kejernihan batin. Dalam
Dan ia pun sudah mendengar desas desus perihal anak itu bahwa anak itu
Bango Samparan merasa terheran-heran mengapa semalam itu wajah Ken Arok selalu terbayang di depan matanya. Seorang keturunan Sang Hyang Brahma, tidak mungkin jikalau tidak luar biasa dan tidak mendatangkan berkah, demikian bisikan hatinya.
Setelah malam lewat, pada keesok harinya, pagi-pagi sekali ia sudah keluar meninggalkan gua itu dengan wajah yang cerah, walaupun agak pucat alasannya ialah perutnya terasa lapar sehabis tiga hari tiga malam tidak kemasukan apa-apa. Pikirannya perihal Ken Arok itu dianggapnya sebagai bisikan para dewa! Itulah jalan keluarnya. Dia harus mendekati dan menggandeng Ken Arok, keturunan Sang Hyang Brahma!
Dan sehabis mengisi perut sekedarnya, mulailah ia pergi mencari Ken Arok. Akan tetapi baik di Dusun Pangkur maupun di Cempoko, ia tidak sanggup menemukan Ken Arok, bahkan ia mendengar bahwa orang renta Ken Arok telah menghambakan diri kepada Lurah Lebak, sedangkan anak itu sendiri entah pergi ke mana.
bersambung KEN AROK - EMPU GANDRING 6

INFO LOWONGAN KERJA TERBARU KLIK DISINI

Iklan Atas Artikel


Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2


Iklan Bawah Artikel