INFO LOWONGAN KERJA TERBARU KLIK DISINI

Putri Berias


Cerita Rakyat dari Musi Rawas

Wajah Putri Berias, di ibaratkan laksana bulan purnama terperinci bercahaya.


Konon ceritanya di tempat Terawas, hiduplah seorang putri yang anggun luar biasa. Rambutnya yang panjang terurai, bulu mata yang lentik, mata yang bersinar mirip bintang, kulit halus kolam pualam, menciptakan setiap orang yang melihatnya terkagum-kagum. Selain anggun putri tersebut juga cendekia menari. Anehnya  setiap tarian yang dibawakannya ialah tarian dengan gerakan-gerakan berias. Oleh lantaran itulah putri itu dinamakan Putri Berias.(Puteri Berhias)

                Kecantikan Putri Berias, kelembutan dan gemulainya saat menari, tersohor hingga ke pendengaran raja. Sehingga bagindapun tertarik untuk melihat putri yang anggun tersebut. Disampaikannyalah niatnya tersebut kepada Hulubalang.

                “Hulubalang, saya ingin sekali melihat Putri Berias itu. Menurut orang, ia anggun luar biasa. Apakah benar ia ialah putri yang turun dari kayangan. Katanya ia sangat cendekia menari” Kata Raja suatu hari.

                “Betul baginda, saya juga mendengar demikian” Jawab Hulubalang takzim.

”Aku sangat ingin melihat purti itu Hulubalang. Dapatkah Hulubalang membawa putri yang anggun itu ke istana?” Nada Raja sangat penasaran. Hulubalang berfikir sejenak. Beliau mencari nalar bagaimana caranya supaya sanggup membawa Purti Berias itu ke hadapan raja.

”Bagaimana jikalau kita adakan pesta rakyat. Kita undang semua pejabat kerajaan tetangga. Kita suguhkan dengan tari-tarian yang berasal dari pelosok negeri. Termasuk Putri Berias kita undang untuk menari di sini” Kata Hulubalang kemudian.

”Aha...!! Tepat sekali Hulubalang. Aku sangat setuju!” Suara raja gembira.

Singkat cerita, raja pun memerintahkan rakyatnya  mempersiapkan panggung yang besar untuk para penari. Diumumkanlah ke pelosok negeri bahwa akan ada pesta rakyat. Hari yang ditunggu-tunggupun tiba. Banyak permintaan  kerajaan yang datang. Pendududuk dari pelosok negeri pun berduyun-duyun  untuk menyaksikan pesta yang sangat meriah dialun-alun kerajaan. Tari-tarian yang indah pun ditampilkan oleh dara-dara yang manis dari pelosok negeri.Tepuk tangan gemuruh melihat penampilan mereka yang elok. Tak ketinggalan Putri Berias pun ikut meramaikam pesta tersebut.

Seperti biasa sebelum tampil Putri Berias akan berias sehari semalam sambil membaca banyak sekali mantra  agar penampilannya maksimal;

“Ooiii….matraku, mantra bepuyang..
Puyang sunting dusun lame
Wajahku kolam petri bayang
Karne becahaye kolam bulan purname..”

Demikian kata Putri Berias. Maka wajahnya bermetamorfosis semakin bersinar lantaran mantranya. Semua yang melihat kecil, tua, muda, akan  suka dan kagum padanya.

.Tibalah giliran Putri Berias yang tampil. Ketika Putri Berias muncul dengan lenggak-lenggok,  lemah gemulai, semua mata terpukau melihatnya. Putri berias menari dengan indah. Tarian Putri Berias berbeda dengan gerakan tari pada umumnya. Gerakan gerakan menyisir rambut,  memotong kuku, menggunakan bedak, dan lain sebagainya diperagakannya dengan gerakan-gerakan yang indah. Tidak saja lantaran gerakan tariannya yang elok, namun parasnya yang anggun menciptakan orang tidak percaya jikalau dihadapan mereka ialah insan yang tengah menari.

                “Cehk…cehk…cehk….Cacam!! Tidak salah kata orang. Purti Berias ini memang anggun luar biasa” Baginda berdecak kagum.

                “Waaw!!  Luar biasa…cantik sekali…” Kata seorang tamu.

                “Ayah…aku ingin penari itu jadi istriku Ayah…” Kata seorang pangeran yang tiba permintaan pada perhelatan itu.

                “Kalau ia tidak mau putraku? Bagaimana? Apakah kamu sanggup menerima? Kata Baginda”

Lalu ada lagi seorang pangeran memberikan hasratnya kepada ayahandanya..

                “Bak, alangkah anggon deretu kolam . Ku egam nian ngen ye Bak. Ye pecak ian nari. Baak…bak..cepat bak, ku nak minta kawin..!” Kata seorang pangeran yang eksklusif jatuh cinta melihat Putri Berias.

                ”Nak...kutuju ian men ie galak jadi soma nga. Tapi mun ie dak agam ngan ngah...ape ngah dak kecik ati nak?” Jawab seorang tamu ragu.

Ternyata tidak satu dua yang jatuh hati dengan putri berias. Banyak raja dan pangeran terpukau dan tertarik padanya. Akhirnya, saat ada kesempatan. Sang raja memberikan impian anaknya. Tapi apa jawab Putri Berias?

                “ Saya akan terima lamaran tersebut, silahkan  pangeran tiba ke Bulan” jawab Putri Berias. Tahulah raja, jikalau Putri Berias menolak lamarannya. Mana mungkin insan sanggup ke Bulan?. Hari berganti hari, bulan berganti bulan, tahun berganti tahun. Putri Berias belum juga punya suami. Namun kecantikannya tidak pernah berkurang. Hingga akibatnya Putri Berias pulang kembali ke kayangan. Sehingga insan hanya sanggup menikmati kecantikannya di muka bumi, dengan memandang bulan. Wajah Putri Berias, persis saat  bulan purnama.Terang bercahaya.


************



Digubah kembali oleh RD.Kedum
Sumber  manuskrip Suandi Syam & masyarakat Lubuklinggau
Ilustrasi mantra oleh RD.Kedum


INFO LOWONGAN KERJA TERBARU KLIK DISINI

Iklan Atas Artikel


Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2


Iklan Bawah Artikel